Rabu, 12 Agustus 2009

Yang kecil, yang menentukan

“Saya mau pilih Prabowo,” kata Pandu. “Kenapa?” tanya saya. “Karena masih muda,” jawabnya pendek.

Iklan Gerindra memang ciamik, menarik. Prabowo tampak masih muda. “Prabowo tuh sudah tua juga, Ndu,” kata saya, mengingatkan bahwa usia Prabowo tidak jauh beda dengan SBY. “Yang penting coba sesuatu yang baru,” Pandu berkilah.

Saya juga, sebenarnya ingin calon presiden yang masih muda. Empat puluh tahunan gitu, seperti presiden Amerika. Tapi di sini masih jauh. Semua calonnya sudah udzur. Yang tua yang bicara.

Istri saya beda lagi. Dia ternyata betul tersentuh hati melihat yang berkerudung. Mulai bimbang. Saya sendiri? Saya percaya pembangunan yang bagus perlu waktu lama, jadi mestinya jangan sering ganti. Tapi, akhir-akhir ini setelah dibanjiri iklan-iklan pencitraan diri yang terkesan narsis (mungkin ide konsultan nih), malah saya mulai ragu juga. Ah, nanti sajalah menjelang pilpres….

Laptop saya berganti Macbook. Alasannya sederhana : multi touch pad. Bisa zooming dengan pinch out dua jari. Bisa scrolling dua jari. Bisa forward dan backward dengan tiga jari. Bisa switch dengan empat jari. Bahkan bisa zooming seluruh layar. Pokoknya unik. Selebihnya? Pusing dengan kompatibilitas software! Untuk baca file lama (windows NTFS) harus pasang software lagi, untungnya gratis (tapi lama juga carinya).

Seringkali keputusan kita didasarkan pada hal-hal yang kecil. Entah bagaimana alam bawah sadar kita bekerja, pasti ada sesuatu yang melatarbelakangi keputusan karena hal kecil tersebut. Misalnya, karena saya sering baca paper (format PDF), maka saya sangat memerlukan kemudahan scrolling dan zooming. “Jadi, beli Mac mahal-mahal itu cuma buat zooming?” tanya Pandu bercanda.

Kata Seth Godin di buku All Marketers Are Liars, sebenarnya konsumen sudah ‘memutuskan pembelian’ jauh hari sebelum Anda tawari. Yang ingin beli mobil kijang, sudah memutuskan beli sebelum ditawari. Demikian juga yang mau beli sedan BMW. Konsumen sudah memutuskan apa yang ia ingin beli. Nah, kemudian para pemasar merangkai berbagai cerita pilihan. Salah satu dari banyak tawaran cerita itu ada yang ‘pas’ dengan cerita yang ingin didengar konsumen. Saya ingin cerita komputer yang unik, nyaman buat baca, lalu Apple menawarkan scrolling dan zooming pakai multi touch pad. Klop. Saya beli Apple.

Kata Seth Godin lagi. Sebenarnya pemasar tidak akan mampu mengubah pikiran calon pembeli. Seberapa pun persuasifnya. Yang bisa ditawarkan adalah membuat beberapa alternatif cerita. Semoga ada salah satu yang ‘pas’ dengan apa yang dimau calon pembeli. That is marketing.

Apa yang sebenarnya ingin Anda cari saat mau membeli komputer, mobil, rumah, lemari es? Apa yang ingin Anda cari saat menilai calon pasangan hidup? Sebenarnya alam bawah sadar Anda sudah memutuskan. Tinggal cerita yang ditawarkan akan klop atau tidak dengan yang ingin Anda dengarkan. Seringkali justru satu hal kecil di salah satu cerita yang ternyata menjadi pemicu keputusan pembelian. Yang kecil, yang menentukan.


Tidak ada komentar: