Sabtu, 24 Juli 2010


PARA ABDI NEGARA DAN KEHIDUPAN KITA

Pembayaran gaji ke-13 tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54/2010. “Gaji ke- 13 siap dicairkan,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Perbendaharaan Kementerian Keuangan Herry Purnomo di Jakarta.

Pemerintah sudah memutuskan untuk Salah satu bentuk peningkatan kesejahteraan guru adalah berupa tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. mencairkannya.

Mulai 1 Januari 2010 guru bakal mendapat tunjangan profesi sebesar Rp 250 ribu. Ini sesuai dengan Peraturan Presiden No. 52 tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS.

Kementerian Pertahanan akan memberikan tunjangan khusus hingga sebesar 150 persen dari gaji pokok kepada prajurit TNI yang bertugas di daerah perbatasan dan pulau terluar. "Tunjangan paling tinggi diberikan kepada yang menjaga wilayah tak berpenghuni," kata Wakil Menteri Pertahanan, Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin,

Abdi Negara ga kawatir kelaparan, bahkan hidup pas-pasan pun hanya menjadi dongeng masa lalu saja. Sekarang susah untuk bisa mencerna dengan makna mendalam lagu Iwan Fals Guru Umar Bakri. Sepeda menjadi kurang bermartabat karena akan sama bahkan lebih jelek dari anak didiknya.

Kita sudah dijaman modern. Tidak zaman orang tidak tampil dengan kemewahan dengan kemuliaan material. Semuanya seakan mengamini Tidak akan mungkin orang professional bila tidak ada tunjangan yang mencukupi. Bagaimana kita bisa mengajar bila kita bingung dengan biaya pendidikan anak kita yang tinggi. Tidak mungkin Pak Tentara Pak Polisi bisa tegap bila tanpa tunjangan susu dan gizi yang makin hari harus ada peningkatan. Tidak mungkin para anggota dewan yang terhormat akan bisa bersidang dengan fikiran jernih dan bebas kepentingan bila tunjangannya kalah sama TKW di Hongkong. Semunaya harus diselaraskan, kalo perlu disamakan dengan fihak swasta yang sudah go internasional. Semunya bernilai material berapa.

Kita sedikit mengingat aja masa lalu dimasa Pak Harto berkuasa. Kita tak pernah mendengar orang bagi uang untuk orang miskin karena mereka benar benar tak berguna. Tak pernah ada bagi bagi uang cash, sehingga kita bisa bandingkan dengar orang luar negeri enak jadi orang mikin diluar dapat gaji. Dan itu sekarnag terealisasi di negeri kita sebesar 200 ribu rupiah. Hal itu sekarang sudah terwujud di Indonesia. Pendidikan sekarang gratis.Bahkan bagi yang punya anak lebih dari 2 dapat uang lebih yang bias ditarik orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi sekarnag ada untungnya pnya anak sekolah apalagi lebih dari 1.

Bagi yang pilih-pilih pendidikan dengan angka 1,2, 3 dibelakang nama kecamatan. Maka bersiaplah menjadi bahan pemberitaan untuk dibela habis-habisan oleh media. Dengan opini hanya karena tidak mampu membayar uang sekolah tidak bisa ikut ujian. Orang tua pun berkata pendidikan memaksa anak saya tidak bisa melanjutkan sekolah. Mskipun sekarang pendidikan gratis tak lebih baik dari iklan nelpon gratis. Yang gratis Cuma katanya. Ada tapi tidak ada. Dan dengan penjelasan pihak sekolah yang sudah ikut pandai beretorika akhirnya kita memakluminya.

Ada lapisan masyarakat yang merasa kelimpahan durian runtuh. Dengan kinerja produktitas sama tapi kesejahteraan meningkat, karena memang jaman dan kekuasaan telah menghendakinya. Ada yang diam ditempat karena benar-benar tidak punya nilai tawar. Apalagi di zaman demokratisasi. Bahwa mayoritas adalah sebuah kekuatan .
Bahkan terdengar dengan pd nya para pengasuh, pemelihara ilmu pengetahuan dengan sebutan guru karena merasa banyak teman akan memblokade sebuah iven karena yang menjadi tuntutanya tidak terpenuhi. Ya itulah modernitas di negeri kita. Tidak mereka sadar apa yang mereka benarkan untuk dikatakan di khalayak ramai didengar dicerna diresapi oleh anak Didik mereka dan menjadi panutan untuk dilanjutkan di waktu yang selanjutnya.

Kesolehan kearifan ditukan dengan metamorfosa kebijaksanaan yang multitafsir. Peraturan sangat fleksibel melebihi kelenturan karet.

Tidak ada komentar: